Kamis, 18 Juni 2015

ASKEP ORIF DAN OREF



ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN OPEN REDUCTION EXTERNAL FIXATION ( OREF )
  1. KONSEP  DASAR
1. Pengertian
            OREF adalah reduksi terbuka dengan fiksasi internal di mana prinsipnya tulang ditransfiksasikan di atas dan di bawah fraktur , sekrup atau kawat ditransfiksi di bagian proksimal dan distal kemudian dihubungkan satu sama lain dengan suatu batang lain
             Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak . Alat ini memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur kominutif ( hancur atau remuk ) . Pin yang telah terpasang dijaga agar tetap terjaga posisinya , kemudian dikaitkan pada kerangkanya. Fiksasi ini memberikan rasa nyaman  bagi pasien yang mengalami kerusakan fragmen tulang.
      Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar berikut ini :
  2. Indikasi
    a. Fraktur terbuka grade II dan III
    b. Fraktur terbuka yang disertai hilangnya jaringan atau tulang yang parah.
    c. Fraktur yang sangat  kominutif ( remuk ) dan tidak stabil.
    d. Fraktur yang disertai dengan kerusakan pembuluh darah dan saraf.
    e. Fraktur pelvis yang tidak bisa diatasi dengan cara lain.
    f.  Fraktur yang terinfeksi di mana fiksasi internal mungkin tidak cocok. Misal :  infeksi pseudoartrosis ( sendi palsu ).
    g.  Non union yang memerlukan kompresi dan perpanjangan.
    h.  Kadang – kadang pada fraktur tungkai bawah diabetes melitus.
            3. Keuntungan dan Komplikasi Eksternal Fiksasi
                Keuntungan eksternal fiksasi adalah :
                  Fiksator ini memberikan kenyamanan bagi pasien , mobilisasi awal da latihan awal untuk sendi di sekitarnya sehingga komplikasi karena disuse dan imobilisasi dapat diminimalkan
                Sedangkan komplikasinya adalah :.
    a. Infeksi di tempat pen ( osteomyelitis ).
    b. Kekakuan pembuluh darah dan saraf.
    c. Kerusakan periostium yang parah sehingga terjadi delayed union atau non  union .
    d. Emboli lemak.
    e. Overdistraksi fragmen.
4. Hal – hal yang Harus Diperhatikan pada Klien
    dengan Pemasangan Eksternal Fiksasi
 
a.      Persiapan psikologis
Penting sekali mempersiapkan pasien secara psikologis sebelum dipasang fiksator eksternal Alat ini sangat mengerikan dan terlihat asing bagi pasien. Harus diyakinkan bahwa ketidaknyamanan karena alat ini sangat ringan dan bahwa mobilisasi awal dapat diantisipasi untuk menambah penerimaan alat ini, begitu juga keterlibatan pasien pada perawatan terhadap perawatan fiksator ini.
b.      Pemantauan terhadap kulit, darah, atau pembuluh saraf.
Setelah pemasangan fiksator eksternal , bagian tajam dari fiksator atau pin harus ditutupi untuk mencegah adanya cedera akibat alat ini. Tiap tempat pemasangan pin dikaji mengenai adanya kemerahan , keluarnya cairan, nyeri tekan, nyeri dan longgarnya pin.Perawat harus waspada terhadap potensial masalah karena tekanan terhadap alat ini terhadap kulit, saraf, atau pembuluh darah.
c.       Pencegahan infeksi
Perawatan pin untuk mencegah infeksi lubang pin harus dilakukan secara rutin. Tidak boleh ada kerak pada tempat penusukan pin, fiksator harus dijaga kebersihannya. Bila pin atau klem mengalami pelonggaran , dokter harus diberitahu. Klem pada fiksator eksternal tidak boleh diubah posisi dan ukurannya.
d.      Latihan isometrik
Latihan isometrik dan aktif dianjurkan dalam batas kerusakan jaringan bisa menahan. Bila bengkak sudah hilang, pasien dapat dimobilisasi sampai batas cedera di tempat lain. Pembatasan pembebanan berat badan diberikan untuk meminimalkan pelonggaran puin ketika terjadi tekanan antara interface pin dan tulang.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
a.      Pre operasi
     
Data subyektif
Data Obyektif
Masalah
a. Mengeluh takut   menjalani operasi
b. Mengeluh takut dipasang alat-alat yang banyak pada tubuh
c. Menyatakan kekhawatiran kaki/tangan tidak berfungsi lagi. 
a. Klien tampak gelisah, murung
b. Peningkatan denyut nadi
Kecemasan
 a. Mengeluh sakit dan sulit bergerak pada tubuh yang cedera
a. Tampak meringis dan memegangi tubuh yang cedera
Nyeri
b.      Post Operasi
Data subyektif
Data obyektif
Masalah

-   Ada luka post operasi,terpasang alat fiksasi eksterna ( pin, kerangka portable )
1). Resti infeksi
-   Mengeluh malu dengan keadaan tubuh penuh alat

2) Gangguan citra diri
-  Mengeluh tidak bisa bergerak bebas
-  Klien tampak kesulitan dalam bergerak.
3) Hambatan mobilitas fisik
- Klien mengatakan tidak tahu  cara perawatan alat yang dipasang
-  Klien selalu menanyakan kapan alat bisa dibuka.
4) Defisit pengetahuan
5) Resiko penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif

- Terpasang pin logam dan fiksator dengan ujung tajam
6) Resiko cedera
2.      Diagnosa Keperawatan
a.      Pre operasi
1)      Kecemasan b/d  ancaman integritas biologis sekunder akibat operasi d/d mengeluh takut operasi, takut dipasang alat, khawatir tangan dan kaki tidak berfungsi, tampak gelisah dan murung , tachicardi.
2)      Nyeri b/d  trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat fraktur ditandai dengan mengeluh sakit, sulit bergerak, tampak meringis dan memegangi tubuh yang cedera.
b.      Post operasi
1)      Resti infeksi b/d tempat masuknya organisme sekunder akibat adanya jalur invasif (pin ).
2)      Gangguan citra tubuh b/d perubahan dalam penampilan sekunder akibat pemasangan eksternal fiksasi.
3)      Hambatan mobilitas fisik b/d alat eksternal fiksasi.
4)      Defisit pengetahuan b/d kurangnya informasi.
5)      Resiko penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif b/d ketidaktahuan tentang perawatan eksternal fiksasi.
6)      Resiko cedera b/d terpasang alat berujung tajam.
3.      Perencanaan         
a.      Prioritas Diagnosa Keperawatan
Pre operasi :
1)      Nyeri b/d  trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat fraktur ditandai dengan mengeluh sakit, sulit bergerak, tampak meringis dan memegangi tubuh yang cedera
2)      Kecemasan b/d  ancaman integritas biologis sekunder akibat operasi d/d mengeluh takut operasi, takut dipasang alat, khawatir tangan dan kaki tidak berfungsi, tampak gelisah dan murung , tachicardi.
Post operasi :
                               1)   Resti infeksi b/d tempat masuknya organisme sekunder akibat   adanya jalur invasif (pin ).
                               2)   Resiko cedera b/d terpasang alat berujung tajam
                               3)   Hambatan mobilitas fisik b/d alat eksternal fiksasi                       
                               4)   Gangguan citra tubuh b/d perubahan dalam penampilan sekunder   akibat pemasangan eksternal fiksasi
                               5)   Resiko penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif b/d  ketidaktahuan tentang perawatan eksternal fiksasi
.
        Diagnosa ” Defisit pengetahuan b/d kurangnya informasi ” tidak diangkat karena   dengan diatasinya diagnosa ke-5 , mak diagnosa ini juga dapat diatasi.
b.      Rencana Keperawatan
Pre operasi
1) Diagnosa 1
    Rencana tujuan :
    Setelah diberikan askep selama 1×24 jam diharapkan keluhan nyeri berkurang.
   
Rencana tindakan
Rasionalisasi
a. Kaji tingkat nyeri dan intensitas.
b. Ajarkan teknik distraksi selama nyeri akut
c. Observasi vital sign
d. Kolaboratif pemberian obat analgesik dan kaji efektivitasnya.
a. Mengetahui tingkat nyeri
b. Mengurangi nyeri tanpa tindakan invasif
c. Tingkat nyeri dapat diketahui dari vital sign.
d. Mengatasi nyeri pasien dan menyusun rencana selanjutnya bila nyeri tidak bisa diatasi dengan analgesik.
                     2) Diagnosa 2
  Rencana tujuan :
   Setelah diberikan tindakan perawatan selama 2 x 30 menit diharapkan kecemasan klien berkurang
Rencana tindakan
Rasionalisasi
a. Kaji tingkat ansietas
b. Beri kenyamanan dan ketentraman hati, perlihatkan rasa empati.
c. Bila ansietas berkurang , beri penjelasan tentang operasi , pemasangan eksternal fiksasi, serta persiapan yang harus dilakukan.
a. Sebagai acuan membuat strategi tindakan.
b. Agar pasien lebih tenang menghadapi operasi.
c. Bila keadaan klien lebih tenang maka klien akan lebih mudah menerima penjelasan yang diberikan.
        
             Post operasi
1)      Diagnosa 1
Rencana tujuan :
Setelah diberikan askep selama 1 minggu diharapkan tidak terjadi infeksi
Rencana tindakan
Rasionalisasi
a. Jaga kebersihan di daerah pemasangan eksternal fiksasi.
b. Lakukan perawatan luka  secara aseptik di daerah pin.
 c. Observasi vital sign dan tanda-tanda infeksi sistemik maupun lokal ( demam, nyeri, kemerahan, keluar cairan, pelonggaran pin )
d. Kolaboratif pemberian antibiotika.            
a. Mencegah kolonisasi kuman.
b. Mencegah infeksi kuman melalui pin
c. Menemukan tanda-tanda infeksi secara dini.
d. Untuk mencegah atau
     mengobati infeksi.
2)      Diagnosa 2            
Rencana tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan
 tidak terjadi cedera /trauma akibat alat yang dipasang.
                                                                                             
Rencana tindakan
Rasionalisasi
  1. Tutup ujung-ujung pin atau   fiksator yang tajam
  2. Beri penjelasan pada klien agar berhati – hati dengan alat yang terpasang
  1. Mencegah cedera akibat alat  yang tajam
  2. Agar pasien mengantisipasi gerakan untuk mencegah cedera.
3)      Diagnosa 3
Rencana tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan klien mampu memperlihatkan kemampuan mobilitas.
Rencana Tindakan
Rasionalisasi
  1. Latih bagian tubuh yang sehat dengan latihan ROM
      b.   Bila bengkak pada daerah pemasangan eksternal fiksasi sudah berkurang, latih pasien untuk latihan isometrik di daerah tersebut.
  1. Latih pasien menggunakan alat bantu jalan
a. Mencegah terjadinya atrofi disuse .
b. Membantu meningkatkan kekuatan
c. Mempercepat kemampuan klien untuk mandiri serta meningkatkan rasa percaya diri klien.
4)      Diagnosa 4
Rencana tujuan :
Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan klien mempunyai gambaran diri yang positif .
Rencana Tindakan
Rasionalisasi
  1. Dorong individu untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, pandangan tentang dirinya.
  2. Ungkapkan aspek positif dari klien.
  3. Libatkan orang-orang terdekat untuk :
-          berbagi perasaan dan  ketakutan dengan klien
-          mengidentifikasi aspek positif klien dan cara mengungkapkannya
-          menerima perubahan fisik dan emosional klien.
  1. Dapat mengidentifikasi gambaran klien tentang dirinya.
  1. Membantu meningkatkan rasa percaya diri klien.
      c.  Merngurangi kecemasan, meningkatkan rasa percaya diri dan adaptasi terhadap keadaan sekarang,serta memperoleh citra diri yang positif.  
5)      Diagnosa 5 :
Rencana tujuan :
Setelah diberikan askep selama 3 x 30 menit diharapkan klien dapat menunjukkan prilaku yang  mendukung penatalaksanaan program terapi.
Rencana tindakan
Rasionalisasi
  1. Berikan pengertian bahwa OREF memerlukan masa penyembuhan yang relatif lama     ( 6-8 bulan ).
  2. Jelaskan tahap – tahap tindakan yang mungkin akan dilakukan pada klien.
  3. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang perawatan eksternal fiksasi di rumah.. Dorong keluarga untuk memantau keefektifan program terapi.
  1. Agar secara psikologis klien terbiasa dengan alat yang terpasang di bagian tubuhnya
  2. Klien mempunyai gambaran umum tindakan yang akan dilakukan sehingga klien menjadi lebih kooperatif.
  3. Menjamin kesinambungan program pengobatan .
          4.  Evaluasi
              
               Hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan pasien dengan OREF adalah :
a.      Pre operasi
1)      Klien melaporkan penurunan tingkat nyeri, ekspresi wajah rileks.
2)      Klien menunjukkan penurunan tingkat kecemasan dan siap menjalani operasi.
b.      Post operasi
1)      Tidak ada tanda – tanda infeksi sistemik maupun lokal ( vital sign normal, tidak ada kemerahan atau cairan / pus keluar dari pin, nyeri minimal ).
2)      Tidak ada cedera karena alat.
                           3)   Memperlihatkan peningkatan kemampuan mobilitas
                                – Mempergunakan alat bantu yang aman.
                                – Berlatih untuk meningkatkan kekuatan
                                – Mengubah posisi sesering mungkin.
                                – Melakukan latihan sesuai kisaran gerak sendi ( ROM ) pada daerah      yang tidak dipasang alat.
3)      Klien menunjukkan rasa percaya diri dan mau menerima perubahan     penampilan sekarang
4)      Klien mematuhi regimen terapeutik yang harus dilakukan dan mampu melakukan perawatan di rumah secara berkesinambungan..
            DAFTAR PUSTAKA
  1. Smeltzer, G. Bare, Keperawatan Medikal – Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8,     EGC,Jakarta, 2002.
Muttaqin, Arif, Ns, S.Kep, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal, EGC, Jakarta, 2008.
Carpenito – Moyet, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10, EGC< Jakarta, 2007.
Susilo, Ignatius Eko,Ns, S.Kep., Bahan Kuliah : Asuhan Keperawatan Klien Dengan Trauma Sistem Muskuloskeletal,Akademi Keperawatan Panti Rapih, Yogyakarta,2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar