Kamis, 18 Juni 2015

ASKEP MASTITIS

BAB I
PENDAHULUAN
 A.     Latar Belakang
Peradangan payudara atau disebut mastitis adalah suatu hal yang sangat biasa pada wanita yang pernah hamil, namun dalam praktek sehari-hari yang tidak hamilpun terkadang ditemukan mastitis. Mastitis hampir selalu timbul pada waktu hamil atau laktasi.
Mastitis merupakan masalah yang sering dijumpai pada ibu menyusui. Diperkirakan sekitar 3-20% ibu menyusui dapat mengalami mastitis. Terdapat dua hal penting yang mendasari kita memperhatikan kasus ini. Pertama, karena mastitis biasanya menurunkan produksi ASI dan menjadi alasan ibu untuk berhenti menyusui. Kedua, karena mastitis berpotensi meningkatkan transmisi vertikal pada beberapa penyakit (terutama AIDS).
Pada umumnya yang dianggap porte d’entrée dari kuman penyebab ialah putting susu yang luka atau lecet, dan kuman per kontinuitatum menjalar ke duktulus-duktulus dan sinus. Sebagian besar yang ditemukan pada pembiakan pus ialah staphylococcus aureus.Tingkat penyakit ini ada dua, yakni tingkat awal peradangan dan tingkat abses. Pada peradangan dalam taraf permulaan penderita hanya merasa nyeri setempat. 
B.      Rumusan Masalah
  1. Apa definisi mastitis?
  2. Apa jenis-jenis mastitis?
  3. Apa penyebab mastitis?
  4. Bagaimana patofisiologis mastitis?
  5. Bagaimana gambaran klinis pada ibu?
  6. Bagaimana prosedur pemeriksaan deteksi dini
C.      Tujuan
1Untuk mengetahui definisi mastitis.
  1. Untuk mengetahui  jenis-jenis mastitis.
  2. Untuk mengetahui  penyebab mastitis.
  3. Untuk mengetahui  patofisiologis mastitis.
  4. Untuk mengetahui  gambaran klinis pada ibu.
  5. Untuk mengetahui  prosedur pemeriksaan deteksi dini.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A.     Definisi
Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamae terutama pada primipara yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah.
Mastitis adalah reaksi sistematis seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan air susu.
B.   Anatomi Fisiologi Payudara
                  1.      Anatomi Payudara
                  Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.
                  2.      Fisiologi payudara
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.


 C.      Jenis Mastitis
Mastitis berdasarkan tempatnya dibedakan menjadi 3, yaitu:
1.Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mammae
2.Mastitis di tengah-tengah mammae yang menyebabkan abses di tempat itu
3.Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang   menyebabkan abses antara mammae dan otot-otot di bawahnya.
Sedangkan pembagian mastitis menurut penyebab dan kondisinya dibagi   pula menjadi 3, yaitu :
1. Mastitis periductal
Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause, penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan mammary duct ectasia, yang berarti peleburan saluran karena adanya penyumbatan pada saluran di payudara.
                   2.  Mastitis puerperalis/lactational
Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau menyusui.
Penyebab utama mastitis puerperalis yaitu kuman yang menginfeksi payudara ibu, yang ditransmisi ke puting ibu melalui kontak langsung.
3.  Mastitis supurativa
Mastitis supurativa paling banyak dijumpai. Penyebabnya bisa dari kuman Staphylococcus, jamur, kuman TBC dan juga sifilis. Infeksi kuman TBC memerlukan penanganan yang ekstra intensif. Bila penanganannya tidak tuntas, bisa menyebabkan pengangkatan payudara/mastektomi.
 D.      Penyebab
Pada umumnya didahului dengan puting susu lecet, saluran air susu tersumbat, dan infeksi disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus yang masuk melalui lecet pada payudara. Tanda yang sering muncul pada mastitis yaitu nyeri, kemerahan,dan ada luka pada payudara.
Dan juga terdapat beberapa penyebab lain,yaitu:
  1. Sikap
Pemberin ASI jarang membawa hasil yang memuaskan jika ibu bersikap antagonis. Sebagai ibu sangat cemas untuk meraih keberhasilan dalam menyusui, mereka tidak dapat rileks pada saat menyusui. Refleks ejeksi ASI terhambat dan ibu mengalami frustasi. Ibu membutuhkan ketenangan dan bantuan yang menentramkan pada saat menyusui bayinya.
2.      Kesehatan umum
Kesulitan dapat timbul, ketika ibu berada dalam kondisi tidak sehat. Seperti halnya pemberian ASI merupakan kontraindikasi pada ibu yang menderita penyakit tuberkulosis aktif, diabetes tidak stabil yang tergantung insulin, penyakit terminal atau berat ketergantungan obat dan kelainan psikisatrik tertentu.
3.      Puting yang retak-retak
Puting yang terasa nyeri dan mengalami retak-retak sehingga pemberian ASI menimbulkan penderitaan bagi ibu. putng susu harus di inspeksi setiap hari dengan penerangan yng baik, untuk memastikan bahwa puting tersebut benar-benar dalam keadaan sehat. Pada saat ditemukan tanda pertama keretakan puting, atau jika ibu mengeluh nyeripada saat menyusui bayinya, dan bia penyesuaian posisi bayi tidak mengurangi rasa nyeri tersebut, maka puting suu harus diistirahatkan selama 24jam. ASI dapat perah dengan tangan dan pemberian ASI dilakukan dengan sendok.
Keretakan puting dapat terjadi akibat :
a.)    Mulut bayi tidak menemel puting dengan benar, tetapi menggigit puting.
b.)    Penghisapan puting terlalu kuat, bayi karena lapar.
c.)    Penggunaan pompa payudara mungkin diakukan terlalu berlebihan.
4.      Puting yang masuk kedalam
Jika puting datar atau masuk kedalam (inversi) tidak ditemukan selama kehamilan, laktasi akan sulit dilakukan, khiususnya selama hari ketiga dan keempat ketika payudara yang mengalami distensi menarik puting kedalam dan membuatnya lebih mendatar.
5.      Pembengkakan payudara
Payudara menjadi penuh dan keras pada hari ketiga hingga kelima setelah ibu melahirkan bayi. Hal ini terjadi akibat penggembungan pembuluh vena karena pasukan darah kedalam payudara akan meningkat sebagai persiapan untuk dimulainya laktasi.
Payudara yang penuh akan membuat puting teregang dan menjadi datar, sehingga kadang-kadang menyulitkan bayi untuk menghisap puting dengan mulutnya.
D. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis, yaitu :
1.   Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada wanita di bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun.
2.  Paritas
Mastitis lebih banyak diderita oleh primipara.
3.   Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat teknik menyusui yang buruk  yang tidak diperbaiki.
4.  Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis, walupun penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko.
5.   Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi terjadinya mastitis. Antioksidan dari vitamin E, vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis.
6.   Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam payudara.
7.   Stres dan kelelahan
Wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan ingin istirahat, tetapi tidak jelas apakah kelelahan dapat menyebabkan keadaan ini atau tidak.
8.   Pekerjaan di luar rumah
Ini diakibatkan oleh statis ASI karena interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu dalam pengeluaran ASI yang adekuat.
9. Trauma
Trauma pada payudara karena penyabab apapun dapat merusak jaringan kelenjar dan saluran susu dan hal ini dapat menyebabkan mastitis.
E.     Patofisiologis
Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama protein kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan jaringan memudahkan terjadinya infeksi.
Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau melalui penyebaran hematogen (pembuluh darah). Organisme yang paling sering adalah Staphylococcus aureus, Escherecia coli dan Streptococcus. Kadangkadang ditemukan pula mastitis tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil. Pada daerah endemis tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis mencapai 1%.
Faktor risiko terjadinya mastitis antara lain:
  1. Terdapat riwayat mastitis pada anak sebelumnya.
  2. Puting lecet. Puting lecet menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang membuat kebanyakan ibu menghindari pengosongan payudara secara sempurna.
  3. Frekuensi menyusui yang jarang atau waktu menyusui yang pendek.
    Biasanya mulai terjadi pada malam hari saat ibu tidak memberikan bayinya minum sepanjang malam atau pada ibu yang menyusui dengan tergesa-gesa.
  4. Pengosongan payudara yang tidak sempurna
  5. Pelekatan bayi pada payudara yang kurang baik. Bayi yang hanya mengisap puting (tidak termasuk areola) menyebabkan puting terhimpit diantara gusi atau bibir sehingga aliran ASI tidak sempurna.
  6. Ibu atau bayi sakit.
  7. Frenulum pendek.
  8. Produksi ASI yang terlalu banyak.
  9. Berhenti menyusu secara cepat/ mendadak, misalnya saat bepergian.
  10. Penekanan payudara misalnya oleh bra yang terlalu ketat atau sabuk pengaman pada mobil.
  11. Sumbatan pada saluran atau muara saluran oleh gumpalan ASI, jamur,serpihan kulit, dan lain-lain.
  12. Penggunaan krim pada puting.
  13. Ibu stres atau kelelahan.
  14. Ibu malnutrisi.

F.      Gambaran Klinis pada Ibu
    1. Gejala mastitis infektif
a)               Lemah, mialgia, nyeri kepala seperti gejala flu dan ada juga yang di sertai takikardia
b)               Demam suhu > 38,5 derajat celcius
c)               Ada luka pada puting  payudara
d)              Kulit payudara kemerahan atau mengkilat
e)               Terasa keras dan tegang
f)                Payudara membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan yang berbatas tegas
g)               Peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau menyusu karena ASI yang terasa asin
2.      Gejala mastitis non infektif
a)               Adanya bercak panas/nyeri tekan yang akut
b)               Bercak kecil keras yang nyeri tekan
c)               Tidak ada demam dan ibu masih merasa naik-baik saja.

   F.    Tanda dan Gejala
1.      Payudara bengkak, terlihat membesar
2.      Teraba keras dan benjol-benjol
3.      Nyeri pada payudara
4.      Merasa lesu
5.      Suhu badan meningkat, suhu lebih dari 38oC
(Asuhan Persalinan Normal, 2007 : 104)
  D.    Pencegahan
1.      Perawatan puting susu atau perawatan payudara
2.      Susukan bayi setiap saat tanpa jadwal
3.      Pembersihan puting susu sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah kering
4.       Teknik menyusui yang benar, bayi harus menyusu sampai ke kalang payudara.
   F.     Posisi Menyusui Yang Benar
Posisi bayi saat menyusui sangat menentukan kebersihan pemberian ASI dan mencegah lecet punting susu, pastikan ibu memeluk bayinya dengan benar berikan bantuan dan dukungan jika ibu memerlukannya. Terutama jika ibu pertama kali menyusui atau ibu berusia sangat muda.
Posisi menyusui yang benar :
1.    Lengan ibu menopang kepala, leher dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh berada pada satu garis lurus) muka bayi menghadap ke payudara ibu. Hidung bayi didepan putting susu ibu, posisi bayi harus sedemikian rupa sehingga perut bayi ketubuh ibunya.
2.   Ibu mendekatkan bayi ketuban ibunya (maka bayi kepayudara ibu) dan mengamati bayi siap menyusu, membuka mulut, bergerak mencari dan menoleh
3.   Ibu menyentuhkan putting susu kebibir bayi, menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke putting susu ibu sehingga bibir bayi dapat menangkap putting susu sendiri
Tanda-tanda posis bayi menyusu dengan baik :
1.      Dagu menyentuh payudara ibu
2.      Mulut terbuka lebar
3.      Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu
4.      Mulut bayi mencakup sebanyak mungki areola (tidak hanya putting saja). Lingkar areola atas terlihat lebih banyak dibandingkan lingkar areola bawah.
5.      Lidah bayi menopang putting dan areola bagian bawah
6.      Bibir bawah bayi melengkung keluar
7.      Bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang-kadang disertai berhenti sesaat.
(Asuhan Persalinan Normal, 2007 : 101)
G.    Pengobatan
1.      Segera setelah mastitis ditemukan berikan ASI sesering mungkin tanpa jadwal
2.    Karena penyebab utama adalah sthaphylo coccus aureus, maka dapat  diberikan antibiotika jenis penicillin
3.      Kompres dingin
4.      Berikan kloksalisin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
5.      Berikan paracetamol 500 mg 3 x sehari
6.      Sangga payudara
7.      Lakukan perawatan payudara “post natal breast care”

H.    Komplikasi
1)      Galaktokele
2)      Kelainan puting susu
3)      Kelainan dalan keluarnya air susu
4)      Penghentian laktasi





BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya.
Langkah-langkah pengkajian yang sistemik adalah pengumpulan data, sumber data, klasifikasi data, analisa data dan diagnosa keperawatan.
1.Pengumpulan data
Adalah bagian dari pengkajian keperawatan yang merupakan landasan proses keperawatan. Kumpulan data adalah kumpulan informasi yang bertujuan untuk mengenal masalah klien dalam memberikan asuhan keperawatan.
2.Sumber data
Data dapat diperoleh melalui klien sendiri, keluarga, perawat lain dan petugas kesehatan lain baik secara wawancara maupun observasi.
Data yang disimpulkan meliputi :
A.Data biografi /biodata
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.

B.Riwayat keluhan utama.
Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak, nyeri.
C. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama .
D.Pengkajian fisik meliputi :
1.Keadaan umum
2.Tingkah laku
3.BB dan TB
4.Pengkajian head to toe
E.Pemeriksaan laboratorium
1.Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat, trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan kreatinin.
2.Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin meningkat.
3.Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma mammae adalah sinar X, ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi dan pemeriksaan reseptor hormon.
.Pengkajian pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi :
A.Nutrisi
Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan, makanan yang disukai, banyaknya minum. Dikaji riwayat sebelum dan sesudah masuk RS.
B.Eliminasi
Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan sesudah masuk RS.
C.Istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan sesudah sakit.
D.Personal hygiene
1.    Frekuensi mandi dan menggosok gigi dalam sehari
2.    Frekuensi mencuci rambut dalam seminggu
3.    Dikaji sebelum dan pada saat di RS
Identifikasi masalah psikologis, sosial dan spiritual
A. Status psikologis
Emosi biasanya cepat tersinggung, marah, cemas, pasien berharap cepat sembuh, merasa asing tinggal di RS, merasa rendah diri, mekanisme koping yang negatif.
B.  Status sosial
Merasa terasing dengan akibat klien kurang berinteraksi dengan masyarakat lain.
C. Kegiatan keagamaan
Klien mengatakan kegiatan shalat 5 waktu berkurang.



B.     Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses infeksi : mastitis
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
3. Gangguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
C.    Intervensi Keperawatan
DIANGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses infeksi mastitis
1. Nyeri berkurang/hilang

2. Ibu dapat menyusui bayinya dengan nyaman

3. Ibu dapat beraktifitas dengan normal

1. Ajarkan teknik relasksasi

2. Kompres hangat pada area nyeri


3. Kolaborasi pemberian obat analgetik

1.Teknik relaksasi akan sangat membantu mengurangi rasa nyeri

2.Kompres hangat akan membantu melancarkan peredaran darah pada area nyeri
3.Pemberian obat analgetik bekerja mengurangi rasa nyeri

2. 2.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

1. Intake nutrisi adekuat

2.Tidak terjadi penurunan berat badan khususnya selama masa menyusui

1.Anjurkan pemberian makanan/nutrisi dengan porsi kecil tapi sering
2. Jelaskan pentingnya nutrisi khususnya pada masa menyusui

3. Jika perlu berikan tambahan multi vitamin
1.      Porsi kecil tapi sering akan lebih memberikan banyak kesempatan bagi pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya

2.      Pendidikan kesehatan/penkes mengenai nutrisi akan mendorong pasien untuk  lebih memperhatikan pemenuhan kebutuhan nutrisinya
3.   Multi vitamin dapat meningkatkan nafsu makan


3.Gangguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
1.  Suhu tubuh normal
2.  Tidak da peningkatan suhu

1.Beri penjelasan kepada pasien dan keluarga terhadap peningkatan suhu tubuh pasien


2.Obserpasi TTV



3.Beri kompres hangat

4.Kolaberasi dalam pemberian obat antibiotik dan obat antipiretik

1. Agar pasien dan keluarga mengetahui sebab peningkatan suhu tubuh dan dapat mengurangi kecemasan
2. TTV merupakan acuan utama untuk mengetahui keadaan umum pasien
3. Untuk membantu menurunkan suhu tubuh
4. Antibiotik untuk mengurangi infeksi dan antipiretik untuk menurunkan suhu











D. Implementasi Keperawatan
Implementasi di lakukan sesuai dengan intervensi yang diterapakan

      E. Evaluasi Keperawatan
1.      Ibu mengerti keadaanya saat ini
2.      Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan
3.      Ibu berjanji akan melakukan atau menjelaskan semua anjuran yang diberikan oleh bidan.
4.      Ibu bisa melakukan perawatan payudara selama menyusui
5.      Ibu bisa melakukan teknik menyusui yang benar
6.      Ibu berjanji akan mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan

F. Dischar Planning
1. Memberitahu dan menjelaskan tentang keadaan ibu, ibu dan suami tampak paham
2. Menjelaskan pada ibu tentang cara perawatan payudara dengan massage dan cara menyusui yang benar serta menganjurkan agar memakai BH yang dapat menyokong payudara dan menyerap keringat, ibu tampak paham dan berjanji melaksanakan anjuran perawat

3. Yakinkan pada ibu, bahwa tetap menyusui walaupun sakit ibu akan mencoba menyusukan payudara kanannya lagi
4. Melakukan pengompresan dengan air hangat 15-20 menit pada payudara dan menganjurkan melakukannya 2 x sehari, supaya payudara tidaj terlalu tegang dan keras. Ibu akan melakukannya dirumah, dibantu dengan suami
5. Mengajurkan pada ibu untuk minum air putih yang banyak, minimal 8 gelas sehari, ibu mengerti dan bersedia melaksanakannya.
6.  Memberikan parasetamol 500 mg teroral setiap 8jam dan eritomcen 250 mg teroral 3 kali/hari untuk mengurangi pembengkakan dan rasa nyeri pada payudara ibu, ibu bersedia meminumnya.
7.  Memberikan motivasi pada ibu serta melibatkan suami dan keluarga dalam perawatan bayinya. Ibu mengangguk-angguk dan menyatakan senang mendapat dukungan
8. Menjelaskan kepada suami untuk lebih meningkatkan perhatian terhadap ibu dan bayinya, suami berjanji akan lebih memperhatikan istri dan bayinya
9.  Menganjurkan ibu untuk istirahat/tidur bila bayi sedang tidur, ibu mengangguk-angguk
10. Menjelaskan kepada ibu bahwa anak adalah angurah dan setiap amanah harus kita jaga dengan sebaik-baiknya dan menjaga amanah bagian dari bersyukur










BAB IV
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamae terutama pada primipara yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah dan reaksi sistemis berupa seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan air susu.
Mastitis terdiri dari dua jenis yaitu mastitis infektif dan mastitis non infektif dengan gejala yang berbeda di setiap jenisnya. Bakteri yang menyebabkan mastitis adalah staphylococcus aureus. Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran ASI) akibat stasis ASI.
 B.      Saran
a.                      Untuk Mahasiswi/A
a.       Setelah mengetahui tentang mastitis diharapkan ke depannya bila menemui kasus mastitis mahasiswi/A dapat menangani kasus tersebut.
      1. Mahasiswi/A dapat memberikan informasi dan mengajak masyarakat terutama ibu menyusui untuk menjaga kebersihan diri dan memberikan ASI eksklusif kepada banyinya untuk mengurangi faktor terjadinya mastitis.
2.                     Untuk Institusi
a.       Memberikan tambahan ilmu khususnya tentang mastitis agar mahasiswi kebidanan lebih kaya akan ilmu tersebut.
b.      Dapat mendukung dan menjadi fasilitator untuk mahasiswi kebidanan apabila memberikan informasi atau penyuluhan tentang mastitis kepada masyarakat.
3.      Untuk Masyarakat
a.       Mendukung dan menerapkan ASI eksklusif untuk bayi serta menjaga kebersihan diri agar faktor terjadinya mastitis dapat diminimalisir.
b.      Menjaga kesehatan dan cukup istirahat khususnya untuk ibu menyusui agar meminimalisir terjadinya mastitis.





Daftar Pustaka

Schwarz Richard H., dkk. 1997. Kedaruratan Obstetri, Edisi III. Widya  Medika : Jakarta
Doenges M. 2000.  Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta
Dixon M., dkk. 2005. Kelainan Payudara, Cetakan I. Dian Rakyat : Jakarta
Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3.  Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar