BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peradangan
payudara atau disebut mastitis adalah suatu hal yang sangat biasa pada wanita
yang pernah hamil, namun dalam praktek sehari-hari yang tidak hamilpun
terkadang ditemukan mastitis. Mastitis hampir selalu timbul pada waktu hamil
atau laktasi.
Mastitis
merupakan masalah yang sering dijumpai pada ibu menyusui. Diperkirakan sekitar
3-20% ibu menyusui dapat mengalami mastitis. Terdapat dua hal penting yang
mendasari kita memperhatikan kasus ini. Pertama, karena mastitis biasanya
menurunkan produksi ASI dan menjadi alasan ibu untuk berhenti menyusui. Kedua,
karena mastitis berpotensi meningkatkan transmisi vertikal pada beberapa
penyakit (terutama AIDS).
Pada
umumnya yang dianggap porte d’entrée dari kuman penyebab ialah putting
susu yang luka atau lecet, dan kuman per kontinuitatum menjalar ke
duktulus-duktulus dan sinus. Sebagian besar yang ditemukan pada pembiakan pus
ialah staphylococcus aureus.Tingkat penyakit ini ada dua, yakni tingkat awal
peradangan dan tingkat abses. Pada peradangan dalam taraf permulaan penderita
hanya merasa nyeri setempat.
B.
Rumusan Masalah
- Apa definisi mastitis?
- Apa jenis-jenis mastitis?
- Apa penyebab mastitis?
- Bagaimana patofisiologis mastitis?
- Bagaimana gambaran klinis pada ibu?
- Bagaimana prosedur pemeriksaan deteksi dini
C.
Tujuan
1Untuk mengetahui definisi mastitis.
- Untuk mengetahui jenis-jenis mastitis.
- Untuk mengetahui penyebab mastitis.
- Untuk mengetahui patofisiologis mastitis.
- Untuk mengetahui gambaran klinis pada ibu.
- Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan deteksi dini.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Definisi
Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamae terutama pada
primipara yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi
melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah.
Mastitis adalah reaksi sistematis seperti demam, terjadi 1-3
minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan air susu.
B.
Anatomi Fisiologi Payudara
1.
Anatomi Payudara
Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari
alveolusi, duktus laktiferus, sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi
alveolan. Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian
lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan medial dan
ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.
2.
Fisiologi payudara
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi
hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas
pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon
hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
C.
Jenis Mastitis
Mastitis
berdasarkan tempatnya dibedakan menjadi 3, yaitu:
1.Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola
mammae
2.Mastitis di tengah-tengah mammae yang menyebabkan
abses di tempat itu
3.Mastitis pada jaringan di
bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan
abses antara mammae dan otot-otot di bawahnya.
Sedangkan
pembagian mastitis menurut penyebab dan kondisinya dibagi pula menjadi 3, yaitu :
1. Mastitis periductal
Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di
usia menjelang menopause, penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini
dikenal juga dengan sebutan mammary duct ectasia, yang berarti peleburan
saluran karena adanya penyumbatan pada saluran di payudara.
2.
Mastitis
puerperalis/lactational
Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil
atau menyusui.
Penyebab utama mastitis puerperalis yaitu kuman yang
menginfeksi payudara ibu, yang ditransmisi ke puting ibu melalui kontak
langsung.
3. Mastitis
supurativa
Mastitis supurativa paling banyak dijumpai.
Penyebabnya bisa dari kuman Staphylococcus, jamur, kuman TBC dan juga sifilis.
Infeksi kuman TBC memerlukan penanganan yang ekstra intensif. Bila
penanganannya tidak tuntas, bisa menyebabkan pengangkatan payudara/mastektomi.
D.
Penyebab
Pada umumnya didahului dengan puting susu lecet, saluran air
susu tersumbat, dan infeksi disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus yang
masuk melalui lecet pada payudara. Tanda yang sering muncul pada mastitis yaitu
nyeri, kemerahan,dan ada luka pada payudara.
Dan juga terdapat beberapa penyebab
lain,yaitu:
- Sikap
Pemberin
ASI jarang membawa hasil yang memuaskan jika ibu bersikap antagonis. Sebagai
ibu sangat cemas untuk meraih keberhasilan dalam menyusui, mereka tidak dapat
rileks pada saat menyusui. Refleks ejeksi ASI terhambat dan ibu mengalami
frustasi. Ibu membutuhkan ketenangan dan bantuan yang menentramkan pada saat
menyusui bayinya.
2.
Kesehatan umum
Kesulitan
dapat timbul, ketika ibu berada dalam kondisi tidak sehat. Seperti halnya
pemberian ASI merupakan kontraindikasi pada ibu yang menderita penyakit
tuberkulosis aktif, diabetes tidak stabil yang tergantung insulin, penyakit
terminal atau berat ketergantungan obat dan kelainan psikisatrik tertentu.
3.
Puting yang retak-retak
Puting
yang terasa nyeri dan mengalami retak-retak sehingga pemberian ASI menimbulkan
penderitaan bagi ibu. putng susu harus di inspeksi setiap hari dengan
penerangan yng baik, untuk memastikan bahwa puting tersebut benar-benar dalam
keadaan sehat. Pada saat ditemukan tanda pertama keretakan puting, atau jika
ibu mengeluh nyeripada saat menyusui bayinya, dan bia penyesuaian posisi bayi
tidak mengurangi rasa nyeri tersebut, maka puting suu harus diistirahatkan
selama 24jam. ASI dapat perah dengan tangan dan pemberian ASI dilakukan dengan
sendok.
Keretakan puting dapat terjadi
akibat :
a.)
Mulut bayi tidak menemel puting dengan benar, tetapi menggigit puting.
b.)
Penghisapan puting terlalu kuat, bayi karena lapar.
c.)
Penggunaan pompa payudara mungkin diakukan terlalu berlebihan.
4.
Puting yang masuk kedalam
Jika
puting datar atau masuk kedalam (inversi) tidak ditemukan selama kehamilan,
laktasi akan sulit dilakukan, khiususnya selama hari ketiga dan keempat ketika
payudara yang mengalami distensi menarik puting kedalam dan membuatnya lebih
mendatar.
5.
Pembengkakan payudara
Payudara
menjadi penuh dan keras pada hari ketiga hingga kelima setelah ibu melahirkan
bayi. Hal ini terjadi akibat penggembungan pembuluh vena karena pasukan darah kedalam
payudara akan meningkat sebagai persiapan untuk dimulainya laktasi.
Payudara
yang penuh akan membuat puting teregang dan menjadi datar, sehingga
kadang-kadang menyulitkan bayi untuk menghisap puting dengan mulutnya.
D.
Faktor Predisposisi
Beberapa
faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis, yaitu :
1. Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita
mastitis dari pada wanita di bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun.
2. Paritas
Mastitis lebih banyak diderita oleh primipara.
3. Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini
merupakan akibat teknik menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki.
4. Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko
mastitis, walupun penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko.
5. Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi
faktor predisposisi terjadinya mastitis. Antioksidan dari vitamin E, vitamin A
dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis.
6. Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme
pertahanan dalam payudara.
7. Stres dan kelelahan
Wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah
dan ingin istirahat, tetapi tidak jelas apakah kelelahan dapat menyebabkan
keadaan ini atau tidak.
8. Pekerjaan di luar rumah
Ini diakibatkan oleh statis ASI karena interval antar
menyusui yang panjang dan kekurangan waktu dalam pengeluaran ASI yang adekuat.
9. Trauma
Trauma pada payudara karena penyabab apapun dapat
merusak jaringan kelenjar dan saluran susu dan hal ini dapat menyebabkan
mastitis.
E.
Patofisiologis
Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di
dalam duktus (saluran ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan
maka terjadi tegangan alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang
memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga permeabilitas jaringan
ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama protein kekebalan tubuh dan
natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel
sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan
kerusakan jaringan memudahkan terjadinya infeksi.
Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus
laktiferus ke lobus sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar
duktus (periduktal) atau melalui penyebaran hematogen (pembuluh darah).
Organisme yang paling sering adalah Staphylococcus aureus, Escherecia coli dan
Streptococcus. Kadangkadang ditemukan pula mastitis tuberkulosis yang
menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil. Pada daerah endemis
tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis mencapai 1%.
Faktor risiko terjadinya mastitis
antara lain:
- Terdapat riwayat mastitis pada anak sebelumnya.
- Puting lecet. Puting lecet menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang membuat kebanyakan ibu menghindari pengosongan payudara secara sempurna.
- Frekuensi menyusui yang jarang
atau waktu menyusui yang pendek.
Biasanya mulai terjadi pada malam hari saat ibu tidak memberikan bayinya minum sepanjang malam atau pada ibu yang menyusui dengan tergesa-gesa. - Pengosongan payudara yang tidak sempurna
- Pelekatan bayi pada payudara yang kurang baik. Bayi yang hanya mengisap puting (tidak termasuk areola) menyebabkan puting terhimpit diantara gusi atau bibir sehingga aliran ASI tidak sempurna.
- Ibu atau bayi sakit.
- Frenulum pendek.
- Produksi ASI yang terlalu banyak.
- Berhenti menyusu secara cepat/ mendadak, misalnya saat bepergian.
- Penekanan payudara misalnya oleh bra yang terlalu ketat atau sabuk pengaman pada mobil.
- Sumbatan pada saluran atau muara saluran oleh gumpalan ASI, jamur,serpihan kulit, dan lain-lain.
- Penggunaan krim pada puting.
- Ibu stres atau kelelahan.
- Ibu malnutrisi.
F.
Gambaran Klinis pada Ibu
- Gejala mastitis infektif
a)
Lemah, mialgia, nyeri kepala seperti gejala flu dan ada juga
yang di sertai takikardia
b)
Demam suhu > 38,5 derajat celcius
c)
Ada luka pada puting payudara
d)
Kulit payudara kemerahan atau mengkilat
e)
Terasa keras dan tegang
f)
Payudara membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan yang
berbatas tegas
g)
Peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau menyusu
karena ASI yang terasa asin
2.
Gejala mastitis non infektif
a)
Adanya bercak panas/nyeri tekan yang akut
b)
Bercak kecil keras yang nyeri tekan
c)
Tidak ada demam dan ibu masih merasa naik-baik saja.
F.
Tanda dan Gejala
1. Payudara
bengkak, terlihat membesar
2. Teraba keras
dan benjol-benjol
3. Nyeri pada
payudara
4. Merasa lesu
5. Suhu badan
meningkat, suhu lebih dari 38oC
(Asuhan Persalinan Normal, 2007 : 104)
D.
Pencegahan
1. Perawatan
puting susu atau perawatan payudara
2. Susukan bayi
setiap saat tanpa jadwal
3. Pembersihan
puting susu sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu
yang sudah kering
4. Teknik menyusui yang benar, bayi harus menyusu
sampai ke kalang payudara.
F. Posisi Menyusui Yang
Benar
Posisi bayi saat menyusui sangat
menentukan kebersihan pemberian ASI dan mencegah lecet punting susu, pastikan
ibu memeluk bayinya dengan benar berikan bantuan dan dukungan jika ibu
memerlukannya. Terutama jika ibu pertama kali menyusui atau ibu berusia sangat
muda.
Posisi
menyusui yang benar :
1. Lengan ibu
menopang kepala, leher dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh berada pada
satu garis lurus) muka bayi menghadap ke payudara ibu. Hidung bayi didepan
putting susu ibu, posisi bayi harus sedemikian rupa sehingga perut bayi ketubuh
ibunya.
2. Ibu mendekatkan bayi
ketuban ibunya (maka bayi kepayudara ibu) dan mengamati bayi siap menyusu,
membuka mulut, bergerak mencari dan menoleh
3. Ibu menyentuhkan
putting susu kebibir bayi, menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar kemudian
mengarahkan mulut bayi ke putting susu ibu sehingga bibir bayi dapat menangkap
putting susu sendiri
Tanda-tanda posis bayi menyusu
dengan baik :
1.
Dagu menyentuh payudara ibu
2.
Mulut terbuka lebar
3.
Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu
4.
Mulut bayi mencakup sebanyak mungki areola (tidak hanya putting saja). Lingkar
areola atas terlihat lebih banyak dibandingkan lingkar areola bawah.
5.
Lidah bayi menopang putting dan areola bagian bawah
6.
Bibir bawah bayi melengkung keluar
7.
Bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang-kadang disertai
berhenti sesaat.
(Asuhan
Persalinan Normal, 2007 : 101)
G.
Pengobatan
1. Segera setelah mastitis ditemukan
berikan ASI sesering mungkin tanpa jadwal
2.
Karena
penyebab utama adalah sthaphylo coccus
aureus, maka dapat diberikan
antibiotika jenis penicillin
3. Kompres dingin
4. Berikan kloksalisin 500 mg setiap 6
jam selama 10 hari
5. Berikan paracetamol 500 mg 3 x
sehari
6. Sangga payudara
7. Lakukan perawatan payudara “post
natal breast care”
H. Komplikasi
1) Galaktokele
2) Kelainan puting susu
3) Kelainan dalan
keluarnya air susu
4) Penghentian laktasi
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui
wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan
laboratorium dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya.
Langkah-langkah pengkajian yang sistemik adalah
pengumpulan data, sumber data, klasifikasi data, analisa data dan diagnosa
keperawatan.
1.Pengumpulan data
Adalah bagian dari pengkajian keperawatan yang
merupakan landasan proses keperawatan. Kumpulan data adalah kumpulan informasi
yang bertujuan untuk mengenal masalah klien dalam memberikan asuhan
keperawatan.
2.Sumber data
Data dapat diperoleh melalui klien sendiri,
keluarga, perawat lain dan petugas kesehatan lain baik secara wawancara maupun
observasi.
Data
yang disimpulkan meliputi :
A.Data biografi /biodata
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung
antara lain : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan
alamat.
B.Riwayat keluhan utama.
Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan
yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras,
bengkak, nyeri.
C. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya.
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang
sama .
D.Pengkajian fisik meliputi :
1.Keadaan umum
2.Tingkah laku
3.BB dan TB
4.Pengkajian head to toe
E.Pemeriksaan laboratorium
1.Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun,
leukosit meningkat, trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan
kreatinin.
2.Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan
kreatinin meningkat.
3.Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita
carsinoma mammae adalah sinar X, ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi
dan pemeriksaan reseptor hormon.
.Pengkajian pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi :
A.Nutrisi
Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan,
makanan pantangan, makanan yang disukai, banyaknya minum. Dikaji riwayat
sebelum dan sesudah masuk RS.
B.Eliminasi
Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi,
sebelum dan sesudah masuk RS.
C.Istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum
dan sesudah sakit.
D.Personal hygiene
1. Frekuensi mandi dan menggosok
gigi dalam sehari
2. Frekuensi mencuci rambut dalam
seminggu
3. Dikaji sebelum dan pada saat
di RS
Identifikasi
masalah psikologis, sosial dan spiritual
A. Status
psikologis
Emosi biasanya cepat tersinggung, marah, cemas,
pasien berharap cepat sembuh, merasa asing tinggal di RS, merasa rendah diri,
mekanisme koping yang negatif.
B. Status
sosial
Merasa terasing dengan akibat klien kurang
berinteraksi dengan masyarakat lain.
C. Kegiatan keagamaan
Klien mengatakan kegiatan shalat 5 waktu berkurang.
B. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan
proses infeksi : mastitis
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan
3. Gangguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan
proses infeksi
C. Intervensi
Keperawatan
DIANGNOSA
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
||||
1. Gangguan rasa
nyaman nyeri berhubungan dengan proses infeksi
mastitis
|
1. Nyeri berkurang/hilang
2. Ibu dapat menyusui bayinya dengan nyaman
3. Ibu dapat beraktifitas dengan normal
|
1. Ajarkan teknik relasksasi
2. Kompres hangat pada area nyeri
3. Kolaborasi pemberian obat analgetik
|
1.Teknik relaksasi akan sangat
membantu mengurangi rasa nyeri
2.Kompres hangat akan membantu
melancarkan peredaran darah pada area nyeri
3.Pemberian obat analgetik
bekerja mengurangi rasa nyeri
|
||||
2. 2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan
|
1. Intake nutrisi adekuat
2.Tidak terjadi penurunan berat
badan khususnya selama masa menyusui
|
1.Anjurkan pemberian makanan/nutrisi dengan porsi
kecil tapi sering
2. Jelaskan pentingnya nutrisi khususnya pada masa
menyusui
3. Jika perlu berikan tambahan multi vitamin
|
1.
Porsi kecil tapi sering akan lebih memberikan
banyak kesempatan bagi pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
2.
Pendidikan kesehatan/penkes mengenai nutrisi akan
mendorong pasien untuk lebih memperhatikan pemenuhan kebutuhan
nutrisinya
3. Multi
vitamin dapat meningkatkan nafsu makan
|
||||
|
|||||||
3.Gangguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan
proses infeksi
|
1. Suhu tubuh normal
2. Tidak da peningkatan suhu
|
1.Beri penjelasan kepada pasien
dan keluarga terhadap peningkatan suhu tubuh pasien
2.Obserpasi TTV
3.Beri kompres hangat
4.Kolaberasi dalam pemberian obat
antibiotik dan obat antipiretik
|
1. Agar pasien dan keluarga mengetahui sebab peningkatan suhu tubuh dan
dapat mengurangi kecemasan
2. TTV merupakan acuan utama untuk
mengetahui keadaan umum pasien
3. Untuk membantu menurunkan suhu
tubuh
4. Antibiotik untuk mengurangi
infeksi dan antipiretik untuk menurunkan suhu
|
||||
D. Implementasi
Keperawatan
Implementasi
di lakukan sesuai dengan intervensi yang diterapakan
E.
Evaluasi Keperawatan
1. Ibu mengerti keadaanya saat ini
2. Ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan bidan
3. Ibu berjanji akan melakukan atau
menjelaskan semua anjuran yang diberikan oleh bidan.
4. Ibu bisa melakukan perawatan
payudara selama menyusui
5. Ibu bisa melakukan teknik menyusui
yang benar
6. Ibu berjanji akan mengkonsumsi
obat-obatan yang diberikan
F.
Dischar Planning
1.
Memberitahu dan menjelaskan tentang keadaan ibu, ibu dan suami tampak paham
2.
Menjelaskan pada ibu tentang cara perawatan payudara dengan massage dan cara
menyusui yang benar serta menganjurkan agar memakai BH yang dapat menyokong
payudara dan menyerap keringat, ibu tampak paham dan berjanji melaksanakan
anjuran perawat
3.
Yakinkan pada ibu, bahwa tetap menyusui walaupun sakit ibu akan mencoba
menyusukan payudara kanannya lagi
4.
Melakukan pengompresan dengan air hangat 15-20 menit pada payudara dan
menganjurkan melakukannya 2 x sehari, supaya payudara tidaj terlalu tegang dan
keras. Ibu akan melakukannya dirumah, dibantu dengan suami
5.
Mengajurkan pada ibu untuk minum air putih yang banyak, minimal 8 gelas sehari,
ibu mengerti dan bersedia melaksanakannya.
6.
Memberikan parasetamol 500 mg teroral
setiap 8jam dan eritomcen 250 mg teroral 3 kali/hari untuk mengurangi
pembengkakan dan rasa nyeri pada payudara ibu, ibu bersedia meminumnya.
7.
Memberikan motivasi pada ibu serta
melibatkan suami dan keluarga dalam perawatan bayinya. Ibu mengangguk-angguk
dan menyatakan senang mendapat dukungan
8.
Menjelaskan kepada suami untuk lebih meningkatkan perhatian terhadap ibu dan
bayinya, suami berjanji akan lebih memperhatikan istri dan bayinya
9. Menganjurkan ibu untuk istirahat/tidur bila
bayi sedang tidur, ibu mengangguk-angguk
10.
Menjelaskan kepada ibu bahwa anak adalah angurah dan setiap amanah harus kita
jaga dengan sebaik-baiknya dan menjaga amanah bagian dari bersyukur
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Mastitis
adalah infeksi peradangan pada mamae terutama pada primipara yang biasanya
disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka pada puting
susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah dan reaksi sistemis berupa
seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi
sumbatan air susu.
Mastitis
terdiri dari dua jenis yaitu mastitis infektif dan mastitis non infektif dengan
gejala yang berbeda di setiap jenisnya. Bakteri yang menyebabkan mastitis
adalah staphylococcus aureus. Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan
tekanan di dalam duktus (saluran ASI) akibat stasis ASI.
B.
Saran
a.
Untuk
Mahasiswi/A
a. Setelah mengetahui tentang mastitis
diharapkan ke depannya bila menemui kasus mastitis mahasiswi/A dapat menangani
kasus tersebut.
- Mahasiswi/A dapat memberikan informasi dan mengajak masyarakat terutama ibu menyusui untuk menjaga kebersihan diri dan memberikan ASI eksklusif kepada banyinya untuk mengurangi faktor terjadinya mastitis.
2.
Untuk
Institusi
a. Memberikan tambahan ilmu khususnya
tentang mastitis agar mahasiswi kebidanan lebih kaya akan ilmu tersebut.
b. Dapat mendukung dan menjadi
fasilitator untuk mahasiswi kebidanan apabila memberikan informasi atau
penyuluhan tentang mastitis kepada masyarakat.
3.
Untuk
Masyarakat
a.
Mendukung
dan menerapkan ASI eksklusif untuk bayi serta menjaga kebersihan diri agar
faktor terjadinya mastitis dapat diminimalisir.
b. Menjaga kesehatan dan cukup
istirahat khususnya untuk ibu menyusui agar meminimalisir terjadinya mastitis.
Daftar
Pustaka
Schwarz
Richard H., dkk. 1997. Kedaruratan
Obstetri, Edisi III. Widya Medika : Jakarta
Doenges
M. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta
Dixon
M., dkk. 2005. Kelainan Payudara, Cetakan
I. Dian Rakyat : Jakarta
Mansjoer,
dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi
3. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar